Home Mengasah Spiritual Mencerdaskan Intelektual: October 2011

2011/10/17

SALING MENGHARGAI


HIDUP BERMASYARAKAT HARUS SALING MENGHARGAI
(OLEH : ZULKIFLI)

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain. Seseorang tidak akan bisa hidup sendiri. Dia pasti membutuhkan bantuan atau sumbangsih dari orang lain, baik dalam bentuk harta, tenaga, pikiran, maupun yang lainnya.
Misalnya, ketika kita ingin makan nasi, maka kita membutuhkan jasa para petani. Karena nasi itu berasal dari beras, dan beras berasal dari padi. Sementara padi itu dihasilkan oleh para petani. Ketika kita ingin makan daging sapi, kambing atau ayam, maka kita membutuhkan jasa para peternak hewan. Dan ketika ia ingin makan ikan laut, maka ia membutuhkan jasa para nelayan. Demikian juga halnya dengan kebutuhan pakaian dan tempat tinggal, kita sangat membutuhkan jasa para penjahit dan tukang bangunan.
Oleh karena itu, dalam hidup bermasyarakat kita harus saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Saling tolong-menolong antar sesama.
Kita harus membiasakan diri untuk bermasyarakat, karena kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Jangan sampai karena sibuk mencari harta, kita mengasingkan diri dari kehidupan bermasyarakat.
Bila kita tidak mau bersosialisasi dengan warga masyarakat, maka hidup kita akan sengsara, tidak akan pernah bahagia. Tidak ada seorangpun warga yang mau membantu kita bila kita tidak mau membantu orang lain. Apabila kita ingin mengadakan sebuah acara, seperti yasinan, slakaran, syukuran, dan lain-lain, pasti kita membutuhkan bantuan para tetangga dan menginginkan para warga untuk menghadiri undangan kita. Bila sebelumnya kita tidak pernah membantu tetangga dan tidak pernah menghadiri undangan warga, maka siapa yang akan membantu kita dan siapa yang akan mau menghadiri undangan kita?
Manusia diciptakan secara berpasangan, ada laki-laki ada perempuan.  ada yang kaya ada yang miskin, ada yang berpangkat ada yang tidak punya pangkat, ada yang memiliki banyak gelar ada yang tidak  punya gelar sama sekali. Mereka diciptakan dengan berbagai  karakter, tingkah laku, budaya, suku dan bahasa yang berbeda-beda supaya mereka bisa saling mengenal. Sesungguhnya kemuliaan seseorang itu tidak ditentukan oleh banyaknya gelar yang ia raih, tingginya jabatan yang ia punyai, melimpahnya harta yang ia miliki, dan sebagainya. Akan tetapi, sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Maka dalam kehidupan bermasyarakat seyogianya kita saling menghargai dan menghormati, jangan kita menyombongkan diri di hadapan orang lain, menganggap diri lebih mulia dan lebih terhormat dari yang lain. kita tidak boleh mencari-cari kesalahan orang lain, juga tidak boleh mencela atau menghina orang lain, karena bisa jadi ia lebih baik dan lebih mulia dari kita. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:
 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan panggilan yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Al-Hujuraat: 11-13)
Dalam Islam, sikap menghargai orang lain merupakan identitas seorang Muslim sejati. Seorang yang mengakui dirinya Muslim, harus mampu menghargai orang lain. Baginda Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidak termasuk golongan umatku orang yang tidak menghormati mereka yang lebih tua dan tidak mengasihi mereka yang lebih muda darinya, serta tidak mengetahui hak-hak orang berilmu.” (HR. Ahmad).
Sekarang mari kita renungkan sebuah kisah antara dua orang sahabat. Yang satunya sudah menjadi seorang professor dan yang satunya lagi hanya menjadi seorang nelayan.
Suatu hari bertemulah dua orang sahabat lama di kampung pesisir sebuah pantai. Keduanya dulu sahabat di bangku SD dan SMP. Atas perjalanan sang waktu dan kesempatan maka selepas dari SMP mereka menjalani kehidupan masing-masing, yang satu pergi merantau ke kota untuk meneruskan jenjang pendidikannya hingga menjadi Professor dan yang satunya lagi tetap tinggal di kampung nelayan menjalani kehidupan menjadi nelayan sejati.
Rentang waktu beberapa puluh tahun maka suatu hari Sang Professor pulang kampung mengunjungi sanak-saudara dan keluarga beserta teman-teman lamanya.
Bertemulah kedua sahabat itu dan kemudian saling melepas kangen. Sebagai bentuk reuni mereka maka teman yang berprofesi sebagai nelayan mengajak temannya yakni Sang Professor untuk naik perahu kecil memancing ikan ke tengah lautan.
Dalam perjalanan ke tengah laut terjadilah dialog yang menarik antara dua kawan lama ini.
“Apa kamu bisa berbahasa inggris?”, tanya sang professor kepada si nelayan.
“Wah, terus terang saja saya tidak sempat belajar bahasa Inggris karena saya hanya belajar sampai SMP dan kemudian menjadi nelayan setiap pagi dan sore.” jawab si nelayan dengan ringan dan sedikit malu-malu.
“Rugi sekali kamu tidak bisa bahasa Inggris, dengan bahasa Inggris kamu bisa mempelajari aneka ilmu, berkeliling dunia, merantau dan bisa menjadikan kamu kaya raya. Sebaliknya jika kamu tidak bisa bahasa Inggris berarti kamu sudah kehilangan 50% hidupmu”, saut sang professor dengan nada yang mulai menampakkan keunggulan dan kesombongannya.
Kemudian professor bertanya lagi, “Kalau ilmu matematika kamu bisa tidak?”.
Dengan malu yang makin besar, maka suara lirih sang nelayan menjawab, “Apalagi ilmu matematika, kamu tentu tahu sendiri lah dengan bekal saya cuma lulusan SMP pasti tidak tahu banyak tentang Matematika”. Jawaban si nelayan menjadikan sang professor makin besar kepala dan merasa lebih dari sahabat lamanya.
Tiba di tengah laut tiba-tiba cuaca berubah menjadi mendung, dan ombak hujan bercampur angin lebat menerpa perahu kecil kedua sahabat tersebut.
Melihat kondisi ini sang professor menjadi sangat ketakutan dan memegang erat-erat tepian perahu.
“Tenang saja kawan, ombak ini insya Allah tidak akan membinasakan kita. Ini biasa terjadi kalau cuaca seperti ini”, celetuk si nelayan memberikan penerangan kepada sang professor.
“Kita tidak usah takut. Jika ombak menghempaskan perahu ini maka kita tinggal berenang beberapa ratus meter dari sini, maka kita akan sampai ke daratan pantai”, tambah si nelayan.
Mendengar ucapan itu maka makin takutlah sang professor dan mendekap erat si nelayan.
Sang professor kemudian berkata, “Justru karena saya tidak bisa berenang maka saya takut jika perahu ini terbalik dan ombak menghempasakan kita di tengah laut”, berkata dengan penuh ketakutan.
“Wah percuma kamu jadi professor jika tidak bisa berenang, kalau tidak bisa bahasa Inggris dan Matematika tadi kamu katakan akan kehilangan 50% hidupmu, tapi jika saat ini kamu tidak bisa berenang maka kamu akan kehilangan 100% hidupmu”.
Dari kisah di atas, dapatlah kita memetik pelajaran, bahwa setiap orang itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tidak ada seorang makhluk pun yang sempurna tanpa ada kekurangan. Oleh karena itu, jika kita mempunyai kelebihan maka kita tidak boleh mencela dan menghina kekurangan orang lain karena bisa jadi kita banyak kelebihan di satu sisi tapi banyak juga kekurangan di sisi yang lain. Dan kita dalam hidup bermasyarakat harus saling mengisi, saling menghormati dan saling menghargai supaya kehidupan bermasyarakat kita menjadi aman, nyaman, rukun, dan sejahtera.

Wallahu A’lamu Bishshawaab.



2011/10/16

MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين، سيدنا محمد المبعوث رحمة للعالمين، وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد.
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang tidak henti-hentinya mencurahkan nikmat-Nya kepada kita semua terutama nikmat Iman dan Islam, sehingga sampai detik ini kita masih menjadi seorang muslim yang beriman. Shalawat dan salam semoga tercurahkan selalu atas junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW yang segala tingkah laku dan kepribadiannya menjadi suri tauladan bagi seluruh umat Islam.
Baiklah hadirin dan hadirat yang berbahagia, pada kesempatan ini kami akan membahas sebuah tema menarik dengan judul Membentuk Kepribadian Muslim. Namun sebelumnya marilah kita simak dengan khusyu' lantunan ayat suci Al-Qur’an yang akan dibacakan oleh teman kami berikut ini:
$pkšr'¯»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7ŠÉftGó$# ¬! ÉAqߧ=Ï9ur #sŒÎ) öNä.$tãyŠ $yJÏ9 öNà6ÍŠøtä ( (#þqßJn=ôã$#ur žcr& ©!$# ãAqçts šú÷üt/ ÏäöyJø9$# ¾ÏmÎ7ù=s%ur ÿ¼çm¯Rr&ur ÏmøŠs9Î) šcrçŽ|³øtéB ÇËÍÈ   (#qà)¨?$#ur ZpuZ÷FÏù žw ¨ûtùÅÁè? tûïÏ%©!$# (#qßJn=sß öNä3YÏB Zp¢¹!%s{ ( (#þqßJn=÷æ$#ur žcr& ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÎÈ  
"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya." (QS. Al-Anfal: 24-25).
Ikhwanul Muslimin Rahimakumullah
Dari ayat di atas kita dapat mengetahui bahwa di antara kepribadian-kepribadian seorang muslim adalah memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya. Untuk memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya ini dapat dilakukan dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan berusaha menjauhi segala larangan-Nya.
Perintah Allah itu tidak hanya terbatas pada ibadah-ibadah ritual seperti shalat, puasa, haji, dan zakat. Tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Tata cara mereka bergaul, bermuamalah, berkomunikasi antar sesama dan lain sebagainya.
Salah satu perintah Allah adalah bergaul dengan sesama manusia dengan akhlak yang terpuji. Misalnya berkata jujur, menepati janji, saling memaafkan bila ada kesalahan, rendah hati terhadap sesama, peduli terhadap penderitaan orang lain, saling tolong menolong, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, bertutur kata yang halus dan lemah lembut, dan lain sebagainya.
Sebagai seorang muslim, kita harus bisa menyeimbangkan antara kesalehan ritual kita dengan kesalehan sosial. Kesalehan ritual yang dimaksudkan di sini adalah ibadah-ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah seperti shalat, puasa, haji dan sebagainya. Sedangkan kesalehan sosial mencakup segala aspek kehidupan kita, yaitu tata cara kita bermuamalah dengan sesama manusia. Seperti berkata jujur, saling menghormati, suka memaafkan kesalahan orang lain, menepati janji, menyelesaikan permasalahan secara bijak, saling mengingatkan bila terjadi kesalahan, dan saling membantu dalam setiap kesulitan.
Apabila kepribadian-kepribadian seperti ini melekat pada diri setiap muslim khususnya anak-anak muda, maka tauran antar siswa tidak akan pernah terjadi, kerusakan akibat demo mahasiswa dapat dihindari, permusuhan antar kelompok tak mungkin terjadi. Hidup kita akan terasa aman dan harmonis, tidak ada perkelahian, tidak ada permusuhan, tidak ada rasa iri dan dengki, tidak ada yang perasaan sombong dan membanggakan diri, tidak ada pihak yang merasa dizhalimi, tidak akan ada teman yang merasa minder. Semua orang akan hidup rukun dan bahagia, saling mengasihi dan menyayangi, serta peduli terhadap sesama.
Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah
Alangkah indahnya hidup ini bila kepribadian-kepribadian di atas dapat tertanam dalam jiwa setiap kaum muslimin. Dan memang sepatutnya, kita sebagai seorang muslim, harus memiliki sifat-sifat atau kepribadian-kepribadian seperti itu. Betapa malunya kita, mengaku diri muslim, tetapi tidak memiliki sedikitpun kepribadian sebagai seorang muslim. Seorang muslim itu tidak hanya taat dalam beribadah tapi juga dapat mengaplikasikan nilai-nilai ibadahnya dalam kehidupannya sehari-hari. Ia harus bisa menjadi tauladan bagi orang-orang non muslim dalam setiap tutur kata dan tingkah lakunya.
Akan tetapi, Kenyataan yang terjadi saat ini adalah sebaliknya. Kita yang seharusnya menjadi tauladan bagi orang-orang non muslim, malah senang mencontoh perilaku-perilaku orang-orang barat yang jauh menyimpang dari norma-norma agama kita. Banyak orang yang mengaku dirinya muslim, tapi tidak pernah mengerjakan shalat; banyak yang mengaku dirinya muslim, tapi selalu berbuat maksiat, minum-minuman keras, mabuk-mabukan, berjudi, mengkonsumsi narkoba, dan sebagainya; ada juga yang mengaku dirinya muslim tetapi selalu menyakiti orang lain, menggunjing saudaranya sesama muslim, mengadu domba temannya, mencaci maki orang lain, berkelahi, tauran, saling menjatuhkan dan senang memutuskan tali persaudaraan.
Inilah mungkin yang sering disebut dengan Islam KTP. Hanya agamanya saja yang Islam tetapi perbuatannya jauh melanggar aturan-aturan dalam agama Islam. Orang-orang seperti ini mungkin masih bisa disebut seorang muslim, tapi tidak bisa dikatakan berkepribadian muslim. Karena yang dikatakan muslim itu adalah apabila muslim yang lain merasa aman dari perkataan dan tingkah lakunya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits:
المسلم من سلم المسلم من لسانه ويده.
"Seseorang itu dapat dikatakan muslim apabila muslim yang lain dapat selamat dari lisan dan tangannya."
Hadirin dan Hadirat yang Berbahagia
Di dalam ayat ke-25 dari surat Al-Anfal yang sudah dibacakan di muka tadi, kita diperintahkan untuk memelihara diri kita dari azab Allah SWT yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja tetapi orang yang ta'atpun ikut merasakan efeknya. Ayat ini dengan ayat sebelumnya saling terkait, tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Di dalam ayat ke-24 kita diperintahkan untuk memenuhi seruan Allah. Kemudian di ayat berikutnya kita diperintahkan untuk memelihara diri dari azab Allah yang dapat menimpa semua orang baik orang zalim maupun orang yang bertakwa.
Ini berarti bahwa bila kita sudah mampu memenuhi seruan Allah, mampu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka kita diperintahkan untuk mengajak orang-orang di sekitar kita untuk ikut memenuhi seruan Allah, supaya kita terhindar dari azab Allah. Karena satu yang makan nangka semua kena getahnya, satu yang melakukan kemunkaran dapat menyebabkan satu kampung bisa terkena azabnya.
Oleh karena itu, marilah kita berusaha semampu kita untuk memenuhi seruan Allah dan juga mengajak orang-orang terdekat kita untuk ikut memenuhi seruan Allah supaya kita dapat terhindar dari azab Allah SWT.
Inilah di antara kepribadian-kepribadian seorang muslim. Dia tidak hanya mementingkan dirinya sendiri dalam berbuat ta'at kepada Allah tapi senantiasa juga berusaha mengajak orang lain untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seorang muslim tidak boleh egois, tidak boleh hanya mementingkan diri sendiri baik di dalam beribadah kepada Allah maupun dalam bermuamalah dengan sesama manusia.
Ikhwanul Mu'minin Rahimakumullah
Setelah memenuhi dua tugas pokok di atas, maka sebagai seorang muslim, kita harus berusaha untuk istiqomah dalam melakukan ibadah kepada Allah. Di samping itu, kita  harus bisa bersabar dalam memenuhi seruan Allah dan kita juga harus bersabar untuk mengajak orang lain dalam mendekatkan diri kepada Allah. Apabila semua hal itu sudah kita lakukan semaksimal mungkin, maka kita harus yakin bahwa Allah akan memberikan ganjaran yang sesuai dengan jerih payah kita. Kita harus ingat bahwa janji Allah itu adalah benar. Jangan sampai orang-orang yang tidak menyakini kebenaran ayat-ayat Allah itu membuat kita menjadi resah dan gelisah. Mengendurkan semangat kita untuk beribadah kepada Allah, atau menimbulkan keraguan kita terhadap kebenaran janji Allah. Hal ini sudah ditegaskan oleh Allah SWT dalam surat Ar-Ruum ayat 60 berikut ini:
÷ŽÉ9ô¹$$sù ¨bÎ) yôãur «!$# ?Yym ( Ÿwur š¨Z¤ÿÏtGó¡o tûïÏ%©!$# Ÿw šcqãYÏ%qムÇÏÉÈ  
"Dan bersabarlah kamu, Sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu."

Hadirin Yang Berbahagia
Demikianlah beberapa kepribadian-kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa sebagai seorang muslim kita harus bisa menyeimbangkan antara ibadah dan muamalah. Yaitu hubungan kita dengan Allah dan hubungan kita dengan sesama manusia.
Untuk membentuk kepribadian muslim yang sejati maka kita harus mampu mensinergikan antara ibadah dan muamalah, antara hubungan vertikal kita kepada Allah dan hubungan horizontal kita dengan sesama manusia. Antara kesalehan ritual dengan kesalehan sosial.
Mungkin hanya ini yang dapat kami sampaikan, terima kasih atas segala perhatiannya, kurang dan lebihnya mohon dimaafkan, dan semoga apa yang kami sampaikan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amien Ya Rabbal 'Alamin.

وبالله التوفيق والهداية والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته