Home Mengasah Spiritual Mencerdaskan Intelektual: MUSLIM SEJATI

2012/06/02

MUSLIM SEJATI


MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM
(Buletin Remas Baiturrahman, Edisi IV, 20 Mei 2011 M / 17 Jumadil Akhir 1432 H)
OLEH : ZULKIFLI, S.Pd.I

Dewasa ini sering kita mendengar istilah Islam KTP. Bahkan istilah ini dijadikan sebuah judul film sinetron yang ditayangkan setiap malam di SCTV. Dalam film sinetron itu, kebanyakan para pemain, aktor dan aktrisnya menganggap dirinya seorang muslim, orang yang beragama Islam hanya dengan menunjukkan kata “ISLAM” yang tertulis di KTP-nya.
Sebagian mereka suka menggembar-gemborkan dirinya sebagai seorang muslim sejati, seperti tokoh Bang Madit yang menganggap dirinya suka memberi dan senang berbagi. Bahkan ia menggelari dirinya dengan sebutan Madit Musyawarah orang terlanjur kaya yang matinya pasti masuk Syurga. Ia juga selalu menutupi kejelekannya dengan jubah kebesaran, seakan-akan ia adalah seorang muslim yang shalih, yang memiliki kepribadian muslim yang sejati. Padahal yang sebenarnya justru bertentangan dengan apa yang diucapkan dan dilakukannya. Ia mau memberi karena ingin dipuji, ia suka berbagi karena mengharapkan imbalan, bantuan atau sesuatu dari orang lain. Tidak ada keikhlasan di dalam amalnya. Bahkan ia selalu menyebut-nyebut pemberiannya, mencaci maki orang yang diberi, menghina orang lain, dan merendahkan kaum dhu’afaa’ yang ada di sekelilingnya.
Bagitu juga dengan tokoh Pak RT, seorang yang seharusnya menjadi tokoh masyarakat, menjadi panutan bagi warganya, malah menyelahgunakan jabatannya. Ia hanya bergaul dengan orang kaya, mencari perhatian dan menjilat-jilat supaya ia dianggap orang yang baik, setia, dan dapat dipercaya sehingga kedudukannya sebagai ketua RT tidak akan bisa digantikan oleh orang lain. Ia mendekati orang kaya seperti Bang Madit karena ada maunya. Ia selalu mencari keuntungan di setiap kesempatan, bahkan ia rela membohongi warganya demi meraih keuntungan pribadi. Ia tidak mau bergaul dengan orang-orang “kismin” (baca: miskin). Ia mendekati atau bergaul dengan warganya jika ada suatu keperluan. Ia hanya mengeruk keuntungan dari warganya, mengumpulkan harta dari orang kaya, dan mempertahankan jabatannya dengan menghalalkan segala cara.
Lain halnya dengan tokoh Bang Ali, yang menggambarkan kepribadian muslim yang sejati. Ia berpenampilan sederhana, hidup bersahaja, bergaul dengan sesama warga, tanpa membedakan antara yang miskin dan yang kaya. Ia selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ia tidak hanya mementingkan dirinya baik dalam kehidupan sehari-harinya atau dalam hal beribadah kepada Rabbnya, tetapi Ia juga mengajak warganya untuk taat kepada Sang Pencipta, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena dengan sikap seperti itu, ia dapat menghindarkan dirinya, keluarga, warga, dan kampungnya dari adzab Allah SWT. Sikap seperti ini sesuai dengan firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya." (QS. Al-Anfal: 24-25).
Ayat di atas sudah jelas menunjukkan kepada kita bahwa diantara ciri-ciri kepribadian seorang muslim adalah memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya. Untuk memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya ini dapat dilakukan dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan berusaha menjauhi segala larangan-Nya seperti yang ditunjukkan oleh tokoh Bang Ali dalam sinetron Islam KTP.
Perintah Allah itu tidak hanya terbatas pada ibadah-ibadah ritual seperti shalat, puasa, haji, dan zakat. Tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Tata cara mereka bergaul, bermuamalah, berkomunikasi antar sesama dan lain sebagainya.
Salah satu perintah Allah adalah bergaul dengan sesama manusia dengan akhlak yang terpuji. Misalnya berkata jujur, menepati janji, saling memaafkan bila ada kesalahan, rendah hati terhadap sesama, peduli terhadap penderitaan orang lain, saling tolong menolong, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, bertutur kata yang halus dan lemah lembut, dan lain sebagainya.
Sebagai seorang muslim, kita harus bisa menyeimbangkan antara kesalehan ritual kita dengan kesalehan sosial. Kesalehan ritual yang dimaksudkan di sini adalah ibadah-ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah seperti shalat, puasa, haji dan sebagainya. Sedangkan kesalehan sosial mencakup segala aspek kehidupan kita, yaitu tata cara kita bermuamalah dengan sesama manusia. Seperti berkata jujur, saling menghormati, suka memaafkan kesalahan orang lain, menepati janji, menyelesaikan permasalahan secara bijak, saling mengingatkan bila terjadi kesalahan, dan saling membantu dalam setiap kesulitan.
Apabila kepribadian-kepribadian seperti ini melekat pada diri setiap muslim khususnya remaja dan anak-anak muda, maka tauran antar siswa tidak akan pernah terjadi, kerusakan akibat demo mahasiswa dapat dihindari, permusuhan antar kelompok tak mungkin terjadi. Hidup kita akan terasa aman dan harmonis, tidak ada perkelahian, tidak ada permusuhan, tidak ada rasa iri dan dengki, tidak ada yang perasaan sombong dan membanggakan diri, tidak ada pihak yang merasa dizhalimi, tidak akan ada teman yang merasa minder. Semua orang akan hidup rukun dan bahagia, saling mengasihi dan menyayangi, serta peduli terhadap sesama.
Alangkah indahnya hidup ini bila kepribadian-kepribadian di atas dapat tertanam dalam jiwa setiap kaum muslimin. Dan memang sepatutnya, kita sebagai seorang muslim, harus memiliki sifat-sifat atau kepribadian-kepribadian seperti itu. Betapa malunya kita, mengaku diri muslim, tetapi tidak memiliki sedikitpun kepribadian sebagai seorang muslim. Seorang muslim itu tidak hanya taat dalam beribadah tapi juga dapat mengaplikasikan nilai-nilai ibadahnya dalam kehidupannya sehari-hari. Ia harus bisa menjadi tauladan bagi orang-orang non muslim dalam setiap tutur kata dan tingkah lakunya.
Akan tetapi, Kenyataan yang terjadi saat ini adalah sebaliknya. Kita yang seharusnya menjadi tauladan bagi orang-orang non muslim, malah senang mencontoh perilaku orang-orang barat yang jauh menyimpang dari norma-norma agama kita. Banyak orang yang mengaku dirinya muslim, tapi tidak pernah mengerjakan shalat; banyak yang mengaku dirinya muslim, tapi selalu berbuat maksiat, minum-minuman keras, mabuk-mabukan, berjudi, mengkonsumsi narkoba, dan sebagainya; ada juga yang mengaku dirinya muslim tetapi selalu menyakiti orang lain, menggunjing saudaranya sesama muslim, mengadu domba temannya, mencaci maki orang lain, berkelahi, tauran, saling menjatuhkan dan senang memutuskan tali persaudaraan.
Inilah mungkin yang sering disebut dengan Islam KTP. Hanya agamanya saja yang Islam tetapi perbuatannya jauh melanggar aturan-aturan dalam agama Islam. Orang-orang seperti ini mungkin masih bisa disebut seorang muslim, tapi tidak bisa dikatakan berkepribadian muslim. Karena yang dikatakan muslim itu adalah apabila muslim yang lain merasa aman dari perkataan dan tingkah lakunya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits:

اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ.
"Seseorang itu dapat dikatakan muslim apabila muslim yang lain dapat selamat dari lisan dan tangannya."
Di dalam ayat ke-25 dari surat Al-Anfal di atas tadi, kita diperintahkan untuk memelihara diri kita dari azab Allah SWT yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja tetapi orang yang ta'atpun ikut merasakan efeknya. Ayat ini dengan ayat sebelumnya saling terkait, tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Di dalam ayat ke-24 kita diperintahkan untuk memenuhi seruan Allah. Kemudian di ayat berikutnya kita diperintahkan untuk memelihara diri dari azab Allah yang dapat menimpa semua orang baik orang zalim maupun orang yang bertakwa.
Ini berarti bahwa bila kita sudah mampu memenuhi seruan Allah, mampu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka kita diperintahkan untuk mengajak orang-orang di sekitar kita untuk ikut memenuhi seruan Allah. Mengajak saudara-saudara dan teman-teman kita dalam kegiatan keagamaan seperti yasinan, tahlilan, shalat berjama’ah dan sebagainya supaya kita terhindar dari azab Allah. Karena satu yang makan nangka semua kena getahnya. Satu yang melakukan kemunkaran dapat menyebabkan satu kampung bisa terkena azabnya. Oleh karena itu, marilah kita berusaha semampu kita untuk memenuhi seruan Allah dan juga mengajak orang-orang terdekat kita untuk ikut memenuhi seruan Allah supaya kita dapat terhindar dari azab Allah SWT.
Demikianlah beberapa kepribadian-kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa sebagai seorang muslim kita harus mampu mensinergikan antara ibadah dan muamalah, antara hubungan vertikal kita kepada Allah dan hubungan horizontal kita dengan sesama manusia. Antara kesalehan ritual dengan kesalehan sosial.

Wallahu A’lamu Bishshawaab.

No comments:

Post a Comment